Penyihir Tua



Penyihir Tua

Pada jaman dahulu kala, hiduplah dua orang anak gadis yang tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayah mereka tidak mempunyai pekerjaan, dan gadis-gadis tersebut ingin keluar dan mencari pekerjaan agar dapat menghidupi orangtua mereka. Satu orang gadis itu ingin bekerja menjadi pelayan, dan ibunya berkata bahwa dia mungkin bisa bekerja apabila dia menemukan tempat untuk bekerja di kota. Akhirnya anak gadis tersebut berjalan ke kota untuk mulai mencari tempat pekerjaan, tetapi di kota
tersebut, tidak ada yang ingin mempekerjakan gadis seperti dia. Gadis kecil itu kemudian berjalan lebih jauh sampai tiba di pedesaan, dan dia datang ke tempat dimana disana ditemukan banyak sekali tungku pemanggang dan roti. Lalu roti tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, bawalah kami keluar. Kami telah memanggang selama tujuh tahun, dan tidak ada orang yang pernah membawa kami keluar." Gadis tersebut lalu membawa keluar roti tersebut, membaringkannya di tanah dan segera berjalan pergi kembali.
Kemudian dia bertemu dengan seekor sapi, dan sapi tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, perahlah susuku, perahlah susuku! Tujuh tahun saya telah menunggu dan tidak ada orang yang pernah datang untuk memerahku." Gadis tersebut kemudian memerah susu sapi tersebut ke ember yang ada didekatnya. Karena kehausan, dia meminum sedikit susu tersebut dan membiarkan sisanya tetap di dalam ember.
Kemudian gadis tersebut berjalan lebih jauh dan bertemu dengan sebuah pohon apel, yang penuh dengan buah apel sehingga dahan-dahannya kelihatan banyak yang patah, lalu pohon apel tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, tolong guncangkan buahku, dahan dan cabangku sudah patah karena terlalu berat." Lalu gadis itu berkata, "Tentu saja saya akan membantumu, kamu terlihat sangat kasihan." Lalu dia mengguncangkan dahan pohon apel tersebut sehingga buahnya lepas dari dahan pohon dan terjatuh ke tanah, lalu membiarkan buah apel tersebut tergeletak di tanah.
Kemudian dia berjalan dan berjalan lagi hingga dia tiba di sebuah rumah. Rumah tersebut di huni oleh seorang penyihir tua, dan penyihir ini berkeinginan untuk membawa gadis tersebut ke rumahnya untuk dijadikan pelayan. Saat dia mendengar bahwa gadis tersebut memang meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan, dia berkata akan mencobanya dan memberikan upah yang pantas. Penyihir tua tersebut menyebutkan pekerjaan yang harus dilakukan. "Kamu harus tetap memelihara agar rumah ini bersih dan rapih, menyapu lantai dan perapian; tetapi ada satu hal yang jangan pernah kamu lakukan. Kamu jangan pernah melihat ke atas cerobong asap rumah ini, karena sesuatu yang buruk akan menimpa kamu nantinya."
Gadis tersebut berjanji akan melakukan segala apa yang diperintahkan, tetapi pada suatu pagi saat dia sedang membersihkan, dan wanita penyihir itu keluar rumah, dia menjadi lupa pada apa yang dikatakan oleh penyihir tua dan melihat ke atas cerobong asap. Saat itu sebuah bungkusan yang berisikan uang jatuh kepangkuannya. Hal ini terus berulang setiap kali gadis tersebut menengok ke atas cerobong asap. Gadis tersebut begitu senangnya, dia mengambil kantong-kantong uang tersebut dan segera pulang kerumahnya.
Saat dia berjalan pulang ke rumahnya, dia mendengar kedatangan penyihir tua yang datang mengejarnya. Gadis tersebut kemudian berlari ke pohon apel dan berkata:

"Pohon apel, pohon apel, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan memungut tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Pohon apel tersebut kemudian menyembunyikan si gadis. Ketika penyihir tua datang dan berkata:
"Pohon milikku, pohon milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Kemudian pohon apel itu berkata, "Tidak, ibunda, saya tidak pernah melihatnya selama tujuh tahun."
Ketika penyihir tua itu pergi dan berjalan ke arah lain, gadis itu melanjutkan perjalannya dan tepat saat dia bertemu dengan sapi yang tadi diperahnya, dia kembali mendengar penyihir itu datang mengejarnya kembali, sehingga dia lari ke sapi tersebut dan berkata:
"Sapi, sapi, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan memungut tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Sapi tersebut kemudian menyembunyikan sang gadis.
Ketika penyihir tua itu tiba, dia mencari-cari dan bertanya kepada sapi tersebut:
"Sapi milikku, sapi milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Kemudian sapi itu berkata, "Tidak, ibunda, saya tidak pernah melihatnya selama tujuh tahun."
Ketika penyihir itu telah pergi ke arah lain, gadis kecil tersebut melanjutkan perjalannya, dan ketika dia berada dekat dimana dia bertemu dengan tungku panggangan, dia kembali mendengar penyihir tua itu datang mengejarnya, sehingga dia lari ke tungku pangganan dan berkata:
"Tungku panggangan, tungku panggangan, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan memungut tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Tungku panggangan berkata, "Saya tidak punya ruangan kosong, tanyakan pada pembuat roti," dan kemudian pembuat roti menyembunyikan gadis kecil itu di belakang tungku.
Ketika penyihir tua itu tiba dan melihat kesana-kemari, dia bertanya kepada pembuat roti:
"Pembuat roti milikku, pembuat roti milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Pembuat roti itu berkata, "Lihat di dalam tungku" Penyihir itu masuk untuk melihatnya, dan tungku panggangan itu berkata, "Masuklah dan lihat ke sudut yang paling dalam." Penyihir tua itu melakukannya, dan ketika dia telah ada dalam tungku, tungku tersebut menutup pintunya, hingga penyihir itu tertahan disana dalam waktu yang lama.
Gadis itu kemudian pulang ke rumahnya dengan kantongan yang penuh dengan uang, akhirnya menikah dengan orang yang sangat kaya dan hidup bahagia setelahnya.
Saudara dari gadis tersebut berpikir bahwa dia akan pergi dan melakukan hal yang sama dengan gadis yang pertama tadi. Dia kemudian melakukan perjalanan yang sama. Tetapi ketika dia bertemu dengan tungku panggangan, dan saat roti berkata "Gadis kecil, gadis kecil, bawalah kami keluar. Kami telah memanggang selama tujuh tahun, dan tidak ada orang yang pernah membawa kami keluar." Gadis tersebut lalu berkata, "Tidak, saya tidak ingin jari-jari saya terbakar."
Kemudian dia berjalan dan bertemu dengan seekor sapi, dan sapi tersebut berkata, "Gadis kecil, gadis kecil, perahlah susuku, perahlah susuku! Tujuh tahun saya telah menunggu dan tidak ada orang yang pernah datang untuk memerahku." Tetapi gadis itu berkata, "Tidak, saya tidak sempat memerah susumu, saya sedang terburu-buru," dan pergi secepatnya. Kemudian gadis tersebut berjalan lebih jauh dan bertemu dengan sebuah pohon apel yang meminta bantuan agar gadis tersebut membantu dia mengguncangkan buah-buahnya. "Saya tidak bisa, mungkin di hari lain." Lalu dia berjalan sampai ke rumah penyihir tua itu. Kejadian yang sama dengan gadis pertama dialami oleh gadis tersebut, dia juga melupakan apa yang dikatakan oleh penyihir tua dan saat penyihir tua itu keluar rumah, dia melihat ke atas cerobong asap, dan kantong-kantong berisi uangpun berjatuhan. Dia langsung berpikir bahwa dia dapat pergi dan lepas dari rumah itu, dan ketika dia mencapai pohon apel, dia mendengar penyihir tersebut datang mengejarnya, dia lalu berkata kepada pohon apel:
"Pohon apel, pohon apel, sembunyikan saya,
Sehingga penyihir tua tidak menemukan saya;
Jika dia menemukan saya, dia akan mematahkan tulangku,
Dan menguburku di bawah batu yang dingin."
Tetapi pohon apel tersebut hanya diam dan akhirnya gadis tersebut melanjutkan larinya. Ketika penyihir tua datang dan berkata:
"Pohon milikku, pohon milikku,
Apakah kamu melihat seorang gadis,
Dengan membawa banyak bungkusan,
Yang mengambil semua uang milikku?"
Pohon apel tersebut berkata, "Ya, ibunda, dia pergi ke arah sana."
Akhirnya penyihir tua itu menemukan dan menangkap gadis tersebut, mengambil kembali uang yang telah diambil, memukulnya dan mengirimkannya pulang ke orangtuanya.

0 komentar:

Posting Komentar